Rabu, 22 Desember 2010

HATI-HATI… PRODUK BASI GLOBALISASI

Sebuah pesan untuk generasi Islam


"Sungguh kalian akan mengikuti tradisi dan budaya umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta hingga jikalau mereka masuk ke dalam liang dhab (sejenis biawak), maka kalian akan mengikutinya!! Kami bertanya, " Wahai Rasulullah! Apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?" Beliau bersabda, "Siapa lagi?!" (HR. al-Bukhari, no. 22/298)

Kita saat ini sedang hidup pada sebuah zaman di mana waktu dan tempat yang seolah telah menjadi sebuah dimensi yang serba mudah diakses. Tak ada yang tak diketahui oleh siapa pun tentang sesuatu yang sedang terjadi di belahan bumi lain pada saat bersamaan. Berbagai macam kecanggihan teknologi telah memungkinkan siapa pun untuk menyampaikan apa yang diinginkannya pada orang lain. Termasuk fasilitas informasi serta telekomunikasi yang telah berkembang dengan sedemikian cepatnya. Maka telepon genggam, televisi, radio, sampai dengan internet telah menjadi sarana yang umum di dalam menyebarkan informasi sekaligus penjajahan dan propaganda.

Propaganda Aneka Media

Arus informasi yang berasal dari segala macam sumber dan kepentingan akan sangat mudah membentuk kepribadian serta pola pikir bila kita tak memiliki benteng yang kuat. Belum lagi dengan fenomena kemunculan media-media cetak tak bermoral yang semakin hari semakin mudah ditemukan di jalanan. Majalah, surat kabar, tabloid, sampai dengan komik dan novel yang berjejer manis cuma berisikan cerita-cerita hasutan bagi jiwa serta impian semu. Dan itu bisa sangat mudah untuk didapatkan di setiap tempat. Akhirnya, kenyataan itu hanya semakin menambah runyamnya wajah dunia saat ini.

Maka perlahan namun pasti, sebuah peradaban telah bergeser. Nilai-nilai kehidupan, etika religius serta pola pikir yang sehat sedang terancam keberadaannya untuk kemudian digantikan oleh sebuah tatanan serta nilai-nilai baru yang –ironis-nya merupakan "produk gagal" di negara asalnya. Ya, paham-paham sekulerisme, hedonisme, nihilisme, materialisme serta free sex sesungguhnya merupakan produk sampah dari sebuah peradaban yang mengaku "modern" itu.

Besarnya angka kriminalitas, semakin tingginya tingkat depresi serta keresahan yang tak tersembuhkan di kalangan masyarakat Barat adalah bukti-bukti nyata sekaligus efek langsung dari penerapan semua paham-paham tersebut. Dan ketika menyadari bahwa tatanan itu telah gagal, maka mereka justru berlomba-lomba untuk mencari "pasar" baru bagi ide-ide sampah tersebut agar laju roda perekonomian serta rencana besar yang sedang mereka susun tetap bisa berjalan sesuai rencana. Maka, itulah yang sedang kita lihat di sekeliling kita hari ini. Wajah Barat yang ditiru habis-habisan oleh sebagian besar anak muda. Citra "maju" dan "modern" sepertinya cukup ampuh untuk menarik para remaja itu masuk ke dalam arus besar penjajahan baru yang lambat laun akan memangsa meraka sendiri.

Pikir Dulu Sebelum Bertindak

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya." (QS : Al-Isra ayat 36)

Kemudian muncullah akibat-akibat lanjutan dari kondisi yang mengenaskan itu, di tengah-tengah masyarakat yang bingung. Maraknya realitas kehamilan di luar nikah, aborsi, pemerkosaan, bahkan sampai dengan kasus-kasus bunuh diri serta pembunuhan, yang tidak jarang dilatarbelakangi oleh kondisi pergaulan yang sangat bebas itu. Tatanan masyarakat yang porak poranda, etika moral yang tercabik-cabik serta rasa malu yang sudah terangkat benar-benar telah memunculkan kekhawatiran yang dalam akan masa depan sebuah kehidupan.

Padahal, andai saja kaum Muslimin benar-benar setia dan istiqamah dalam memegang teguh konsep Islam secara benar dan kaffah, maka sudah barang tentu pengaruh-pengaruh ideologi itu tidak akan masuk apalagi sampai merusak ke dalam jiwa, akal dan pikiran mereka. Di sisi lain, kaum Muslimin semestinya juga harus kukuh dalam menghadapi segala tipu daya kaum non Muslim yang memang tak akan pernah berhenti sebelum tercapai tujuannya. Bahkan Allah Subhaanahu wa ta'ala sendiri telah memberikan jaminanNya atas kemenangan agamaNya dari tipu daya mereka, dengan syarat bahwa kaum Muslimin harus tetap istiqamah dalam menjujung tinggi sikap sabar dan taqwa. Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman :

"Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu." (QS : Ali Imran ayat 120)


Patuhi Syari`at, Tutupi Aurat

Maka karena kasih sayangNya pula, Dia mewajibkan pada kaum wanita untuk mengenakan busana kehormatan (jilbab) yang akan dapat menutupi aurat serta melindungi diri dari pandangan orang-orang yang tidak berhak. Tak ada sesuatu yang lain dari perintah itu selain kebaikan yang akan kaum wanita peroleh. Sebab dengannya, seorang wanita akan dapat lebih mudah dikenali sebagai wanita baik-baik, sehingga tidak diganggu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman,

"Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs : Al-Ahzab ayat 59)

Menutup aurat sebagaimana ketentuan Allah Subhaanahu wa ta'ala dan RasulNya adalah sama pentingnya dengan ibadah-ibadah lainnya seperti shalat, puasa ataupun zakat. Yang apabila tidak dilakukan, maka akan mempunyai konsekwensi serta sanksi berat yang telah ditentukan. Perintah Allah Subhaanahu wa ta'ala tentang masalah hijab (jilbab) juga senantiasa diawali dengan kata-kata "wanita yang beriman." Maka, sungguh ini menunjukkan pada siapa pun juga tentang betapa asasinya kewajiban yang satu ini bagi setiap wanita Mukminah. Allah berfirman,

"Katakanlah kepada para wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kehormatannya, dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya." (QS An- Nur ayat 31)

Mungkin, apabila syariat yang indah ini bisa terlaksana sesuai dengan yang semestinya, maka tak akan pernah lagi ditemui pelecehan-pelecehan atas kaum perempuan, termasuk kasus-kasus perkosaan yang seringkali terjadi di tengah-tengah masyarakat. Islam telah mengatur permasalahan hijab ini sedemikian rupa, hanya demi untuk meninggikan derajat serta memelihara kehormatan dan kesucian mereka sendiri sebagai wanita Mukminah. Syariat Allah Subhaanahu wa ta'ala itu benar-benar menginginkan posisi wanita bisa berada pada kedudukan kemanusiaan yang mulia serta tidak terjerembab sebagai komoditas yang diperjualbelikan dalam pengertian yang luas. Di mana pada gilirannya nanti akan dapat menunjang keharmonisan hidup untuk mencapai keberhasilan sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dan satu hal yang juga mesti diingat adalah bahwa hijab bukanlah sarana untuk memasung segala potensi serta bakat. Sebab kewajiban-kewajiban lain seperti menuntut ilmu, beramar ma’ruf serta kewajiban untuk bermasyarakat secara baik dan syar’i masih tetap bisa dilakukan sepanjang masih memenuhi kriteria serta hukum-hukum syariat yang ada.

Jangan Asal Cari Teman

Setelah melakukan kewajiban hijab, maka paling tidak telah terpasang sebuah perlindungan awal dan mendasar untuk mulai menapak masuk ke dalam kehidupan yang semakin rumit. Tentu saja kaum wanita tak harus berjuang sendirian di sana. Sebab, hanya dengan teman serta lingkungan yang baiklah, maka seseorang akan mampu untuk mempertahankan nilai-nilai agama yang selama ini telah dipegang. Janganlah pernah berhenti mencari sebuah pertemanan tulus serta lingkungan yang baik demi keselamatan agama dan kesucian dirimu. Karena siapa pun tak akan sanggup bertahan sendirian di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat. Kita akan tetap membutuhkan seorang teman serta lingkungan yang tepat untuk bisa memperbaiki kualitas hidup serta iman di masa-masa yang akan datang. Ingatlah, bahwa tidak semua orang bisa dijadikan sahabat atau teman. Rasulullah telah mengingatkan kita tentang hal ini melalui lisannya yang suci:

"Seseorang itu tergantung perilaku dan kebiasaan temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa ia akan berteman." (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Akhirnya, puncak dari segala upaya dan ikhtiar adalah terus bersabar dan berusaha istiqamah. Kita sangat paham bahwa saat ini di sekeliling kita telah mengepung segala kemaksiatan yang seringkali tak mampu kita hindari. Bangku-bangku sekolah dan kampus, fasilitas umum dan sarana transportasi, bahkan sampai di sudut-sudut ruang perkantoran serta pabrik, telah dipenuhi oleh budaya percampuran bebas yang telah berlangsung semenjak lama. Praktek ikhtilath di tengah-tengah masyarakat memang telah menjadi sebuah kebiasaan yang dipandang wajar.

Tapi jadikanlah ujian dan cobaan membuat kita lebih matang dan dewasa dalam menjalani kehidupan. lalu, tetaplah bersabar dengannya. Selanjutnya, jangan pernah berhenti untuk selalu meminta pertolongan dan jalan keluar yang terbaik, agar bisa segera keluar dari segala permasalahanyang kita alami. Karena sebagaimana janjinya dalam Al Qur`an:

"Mintalah pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS : Al-Baqarah ayat 153)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tanggapan