Rabu, 06 April 2011

Dinding Cahaya

Kata-kata itu terus mengalir, menciptakan kesadaran hidupku. Rohaniku mengembang dalam perbedaan signifikan di antara keumuman. Bagai menemukan dunia lain dari dunia universalitas yang ada ditemukan berdasar ijtihad penerawangan atas pilihan. Pertanyaan pun ditemukan jawaban nalar kepada sang waktu, dan diolah oleh ruang ketekunan disiplin berfikir yang unik milik pribadi.

Kata-kata itu sesuatu yang tidak pernah alpa mengarungi pelayaran jauh menempuh tuju di dalam cita mengembiskan cinta di antara pembelaan kepada yang tergerus. Juntaian kata setiap hari berseliweran bersebrang-seberangan di atas ubun-ubun. Berarak-arakan kepejalan seperti denyut tak berhenti melakukan thawaf.

Dinding-dinding kokoh di luar ruh dan rasa dahaga di dalam raga menekurkan sukma yang teramat nista. Sedangkan kisah silam dan kisah realitas bercampur aduk meramu akan datang. Seiring menggali kesadaran realitas nyata fiksi dan hingga menemukan ruang-ruang sublim terutama di dalam dunia keriuhan.

Kenyataan tidak terbantahkan di dalam ranah bawah sadarku terus bersenggama amat dahsyat. Tak bisa dielak kejumudan di dalam kejujuran lantas merangkum kemasgulan keyakinan yang berserak di diri yang berganda pada keelokan jiwa-jiwa.

Selanjutnya oleh keyakinan yang didasari puncak kesunyian, membongkar otak kepedihan. lalu menumbuhkan nalar-nalar keseimbangan dan menyapa gelombang lautan. Maka lahirlah kata yang aku sebut kata itu bernama cahaya.

Cahaya yang akan tetap ku pancarkan, walau satu kata, walau pahit rasa getir, tetap disampaikan dengan semua perintangan Kehidupan pun menjelmakan rindu kepada sesama.. Ketika semua menjadi kodrat dan tanggung jawab atas hal yang ditulis, selanjutnya adalah pembuktikan kata itu sendiri.

Rangkasbitung, Dini Hari, 6 - 4 - `11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tanggapan