Sabtu, 02 April 2011

Suara Bumi

“Akhirnya semua akan tiba pada suatu masa, dimana cinta dan kasih sayang tak ubahnya seperti bualan. Kebohongan merebak dimana-mana bagaikan penyakit ia menjadi lepra yang menjangkiti setiap jengkal tubuh manusia, semua orang tertatih-tatih dalam pusaran metapora, tenggelam mengikuti irama kontradiksi pengetahuan, lalu jiwa-jiwa menjadi hampa, kosong tak bermakna. Dimensi waktu kian memunculkan paradigma baru, ditengah-tengah hamparan nafsu manusia yang tak ada habisnya, ia menukik tajam menembus cakrawala pemikiran, melesat hingga menjadi mesin pengendali.

Saat ini semua fragmentasi nalar kian kokoh di puncak otoritas kapitalisme, dengan menampakan wajah modernisme dan liberalismenya, mereka kian memberangus nilai-nilai lokalitas budaya kita, lalu kita terjebak pada keadaan saat ini, terombang-ambing di lautan fragmatisme, yang setiap saat bisa menenggelamkan dan menelan tubuh kita dalam komoditi bingaki-bingkai fatalisme.

Manusia telah menjadi objek dalam dramatisasi dunia, ia kini tak ubahnya butiran-butiran pasir di tengah lautan, yang secara tiba-tiba berambisi ingin menjadi daratan, dengan naluri kekuasaannya, manusia akan terus saling menjatuhkan, saling memusnahkan. Dan ambisi pribadi kian menjadi kuasa atas nalar dan intuisi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tanggapan