Kamis, 07 April 2011

Tepian Cahaya


Fatamorgana telah menyisipkan racun manis dalam selubung oase.
Dalam hembusan angin yang berpesta sendiri
sembari menelisik cakrawala yang mengitari semua
dalam lantunan jantera alam raya

Sambil lalu lalang,
Kan ku jumlah bagian yang mentasbihkan jarak antara kita
Mungkin dengan acuh
kau akan berbangga menyimpan semua ragu.

Akupun bergentayangan mengikutimu
dalam beberapa kecup yang kau campur ke udara kelam
dan aku sendiri mengerjai senyawa.
Aku tertawa pada baris-baris udara
tatkala engkaupun bergurau
tentang mendung yang mendingin di pojok sunyi.

Dan ku yakini bahwa mungkin engkaulah genderang kasih
yang melantunkanku di saat aku membunyikan getaran dunia.
Menggertak angin menjadi langkah absurd
yang kadang harus ku lumuri pada ketelanjangan ini.

Sudahkah engkau bertanya pada subuh
yang mungkin menaiki kencana dalam segala rupa?
Atau mungkin engkau menunggui udara tengah hari
yang menyawangmu pada kosong di sela guratan mimpi?

Ketika dengan terpaksa aku menyahut dahaga
yang terkatung katung di sepanjang titian sengat,
kemana lagi kau kan menuntunku menyusuri tepian cahaya semesta?
Aku sudah berkawan lama dengan letih
dan dia menjadi teramat sunyi
pada kemegahan udara yang ku bawa sepanjang tatih.

Cukupkah dengan seringai
engkau merepitisi semua guna yang hendak ku pagar padamu
biar semua menjadi stagnan.
Dan kita bagai sepasang kupu-kupu
yang mengelupas sang waktu
dalam temaram malam.yang kelabu

Rangkasbitung, 7 - 4 - 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tanggapan